Sabtu, 9 Agustus 2008 aku + adik dan keponakan lagi main di Carrefour Cikarang, sekaligus belanja beberapa kebutuhan hidup (heheheh… hidup gak ya?). Ya maklum, kalo ke Mall tujuan utama bukan hanya belanja saja tapi kebanyakan dimanfaatkan untuk refreshing.
Ada banyak hal yang suka aku lakukan di Carrefour, salah satunya hunting barang saat ada “cuci gudang”, kemaren udah dapat TV JVC gede dan flat lagi… dengan harga miring/banget… kalo gak takut ampe jatuh karena terlalu miring. Walau ada beberapa perkecualian yang saya harus terima, misalnya gak ada ininya, gak ada itunya, agak ini sedikit, agak itu sedikit… but as long as working as usual..its fine aja.
Sama ketika kasus yang terjadi dengan Motor Honda, setelah sebulan pakai… lampu belakang motor ada keganjilan, patah. Kemudian bawa ke dealer tempat motor dikeluarkan… ngomong sama petugas service… sambil adu argumen… petugas gak bisa buat apa-apa, gak puas saya minta ketemu sama managernya… diketemukan, adu argumen lagi. Kemudian dia beralasan, kalo dealer tidak bisa ganti karena alasan kerusakan terjadi setelah ditangan saya. Kemudian ngotot lagi… bahwa garansi masih berlaku. Sang manager ngotot lagi garansi hanya untuk mesin motor bukan kerusakan lainnya… setengah heran dan lucu sendiri… saya minta sang manager menunjukkan bukti bahwa kerusakan tersebut dikarenakan benturan benda keras dan atau hantaman benda lain. Setelah dibuka dan cek memang tidak diketemukan hal yang seperti saya utarakan. tapi tetap aja sang manager ngotot gak bisa buat apa-apa juga. Kemudian dengan setengah berteriak… saya katakan: “Bilapun garansi telah lewat, apakah saya sebagai konsumen Motor Honda tidak berhak atas produk yang berkualitas? Hak saya untuk mendapatkan barang berkualitas tidak dibatasi oleh masa garansi atau alasan apalah. Hak saya untuk memiliki barang berkualitas tidak otomatis hilang hanya karena alasan garansi” Ditambah lagi kalo kerusakan bukan dikarenakan faktor pengguna. lama juga debat sama sang manager… untungnya beliau paham hak-hak konsumen (mungkin saja… tapi gak tau juga, atau dia takut kali ketika tau saya orang Batak… ehhehhehhe). Akhirnya dengan nada merendah sang manager mau memenuhi permintaan saya untuk memperbaiki lampu belakang motor saya.
Kalo dari sisi YLKI tindakan saya boleh dibenarkan gak, apa akan menambah masalah nantinya?
Entah ada angin apa, setelah selesai belanja dan duduk-duduk cukup lama di Carrefour, adik saya yang lagi baca-baca brosur Carrefour nunjukin hal yang menarik. Sepatu roda (gak tau jenisnya apa, Rollerblade, atau apalah dalam istilah Inggrisnya) berwarna abu-abu/silver dengan 4 roda pada kakinya. Menariknya pada brosur tercetak harga Rp 36 ribu sekian/unit. Apa gak menarik?
Tanpa membuang waktu lama, beserta dengan adik, masuk lagi ke Carrefour untuk berburu barang tersebut, cari punya cari, ketemu sepatu roda tapi warna pink (beda dengan gambar pada brosur) harganya di atas Rp100 ribuan. Gak habis akal, coba nanya ama pegawai Carrefour yang sedang lewat, trus nunjukin brosur dengan barang yang tertera, malah dengan ramah petugas tersebut membantu mencarikan barang yang sesuai dengan yang ada di brosur. Deg… langsung terasa kayak berhentii jantung saya waktu itu. dapat barang bagus dan murah cocok buat ponakan lagi. (cocok karena kami udah nyoba-nyoba bermain sepatu roda tersebut).
Dan lagi, tanpa buang waktu langsung aja menuju Kasier. Awalnya ragu, masa barang bagus harganya segitu, tapi karena brosur dikeluarkan oleh Carrefour (tertera pada brosur untuk promo pertengahan July sampe pertengahan Agustus), ya percaya aja. Sampai di kasir (cewek), aku minta di cek harga dulu, deg… jantung saya kayak berhenti lagi (udah 2 kali). Petugas kasir bilang harganya Rp 99 ribu. Kemudian aku tunjukin brosur, petugas kasir bingung dan kaget, akhirnya dia minta bantuan seniornya (cewek) … ini juga membuat sang senior ragu. Kemudian dengan bantuan seorang temannya (cowok) sang senior minta di cek ulang lagi harga barang tersebut… Petugas tersebut coba memerikasa kembali pada tempat barang tersebut dipajang, sampai menimbulkan kemacetan di kasir (kayak jalan raya aja).
Menunggu lama (karena lebih dari 10 menit), akhirnya barang tersebut nyampe lagi di kasir, dengan semangat saya hampiri petugas Carrefour tersebut dan nanya gimana? Dia dengan ramah menjawab, benar pak harganya Rp 99 ribu, jadi beli pak? Deg… jantung saya kayak berhenti lagi (kali yang ketiga). Padahal lama sebelum melihat brosur tersebut, baru saja seorang mahasiswa President University Jababeka (mahasiswa asing kebangsaan China) meminta saya dan adik saya mengisi form sejenis angket mengenai pelayanan Carrefour. Dalam form diajukan banyak pertanyaan, mungkin sekitar 20-an pertanyaan, ya seputar pelayanan Carrefour, tingkat kepuasan pelanggan Carrefour, dll, dll. Deg… jantung saya kayak berhenti lagi bila ingat angket tersebut. Baru saja saya mengakui baiknya pelayanan Carrefour tapi gak lama kemudian saya harus di bohongi oleh brosur Carrefour.
Akhirnya saya jawab ketus pada petugas Carrefour,“gak jadi pak, karena saya merasa sudah dibohongin”. Mungkin saat itu petugas ngomong dalam hati: ” walah bapak, gak mampu aja tapi sok!”. Saya merasa ini bukan soal harga, uang atau kemampuan saya dalam membeli, tetapi lebih kepada rasa kecewa yang mendalam. Carrefour Cikarang belum lama dibuka, dan menjadi solusi “belanja murah” bagi kami warga Cikarang dan sekitarnya. Apakah akan secepat itu menyakiti hati para pelanggannya? (lebay kale kalimat saya)
Empat kali jantung saya serasa berhenti selama berada di Carrefour, untungnya lagi itu gak membuat hidup saya berhenti juga. nah yang jadi pertanyaan saya, mohon bantuan YLKI dan para pakar penjualan.
- Apakah saya berhak menuntut (sampai matipun jadi…heheheh) barang yang saya inginkan sesuai dengan harga yang tertera pada brosur?
- Apakah hanya dengan mengatakan bahwa itu salah cetak atau dan lain sebagainya, akan membuat Carrefour tidak perlu memegang komitmennya?
- Apakah detak jantung saya dapat digantikan dengan hanya sebuah sepatu roda (andai Carrefour akan memberikan barang tersebut… mimpi kale. kalo Carrefour gak mau ganti juga… capek deh).